antp Cirebon

Masyarakat Desa Tegal Gubug Lor. Kecamatan Arjawinangun. Kabupaten Cirebon. Jawa barat  bergejolak lantaran atas banyaknya kejanggalan yang dilakukan Pemerintah desa Tegal Gubug Lor di saat tampuk pemerintahan desa diemban oleh kepala desa (Kuwu)pj  terkait anggaran Tahun 2019. Karena hingga Tahun 2020 program pembangunan anggaran 2019 tersebut dinilai banyak menimbulkan kecurigaan bahkan di duga ada juga yang belum direalisasikan.

 Sudah barang tentu masyarakat  yang diwakilkan oleh para Tokoh masyarakat untuk mempertanyakannya. Namun hasilnya tidak jelas juntrungnya. Lantaran Mamat Rahman selaku mantan  Kuwu pj di Tahun 2019 senantiasa terkesan menghindar, seakan pertanyaan para Tokoh masyarakat laksana bola api  ( pingpong) kepada Nasirudin Raksa bumi selaku Tim Pelaksana Kerja (TPK) saat itu. Begitupun sebaliknya Tokoh masyarakat dipingpong oleh Mamat. Yakni mengarahkan bertanya kepada Mamat selaku pj.  Para Tokoh masyrakat kesal dibuatnya. Hingga meminta bantuan kepada LSM Laskar NKRI Untuk berauden dengan Mamat beserta perangkat desa yang terlibat di dalamnya.

Pada hari Senin (19/10/20) kali keduanya pelaksanaan auden di kantor kecamatan Arjawinangun. Hadir dalam audens tersebut Drs. Sutismo Camat  Arjawinangun, Sat.Pol-PP(Trantib), Lebih dari 70 personil POLRI Berserta jajaran TNI, Tim audens dari LSM Laskar NKRI dan LSM Gempur. Dalam auden tersebut mendapat pengamanan yang sangat luar biasa ketat dari satuan POLRI dan TNI bak demo besar-besaran.

Namun hasil auden tetap tidak menghasilkan yang memuaskan. Lantaran 3 pertanyaan dari Muhamad Yahya Jaya ketua LSM Laskar NKRI Kabupaten Cirebon dan LSM GEMPUR. Yakni pertanyaan yang pertama tentang kegiatan Dana Desa, Kedua tentang kegiatan Pemdes dan yang ketiga pembangunan spal. Ternyata Jawabannya tidak menemukan titik terang  (saling lempar). Bahakan terkesan ada yang di tutup-tutupi saat Nasirudin (TPK) menanyakan atas keterlibatan Nama Nurasik dalam program proyek pembangunan desa. Mamat terkesan gugup kedodoran menjawabnya.  

Begitupun pertanyaan yang diajukan M.Yahaya Jaya dan Tokoh masyarakt desa Tegal Gubug Lor yakni terkait spal dan nama Nurasik. (orang mana, dari mana dan selaku apa dalam pembangunan desa). Tetap saja Mamat tidak nyambung jawabannya (Manclamencle).  Sehingga Drs. Sutismo selaku pembina Kuwu bingung di buatnya. Kemudian sebelum di acara penghujung menghimbau perlu adanya pertemuan internal dulu seraya menunggu Laporan Hasi Pemeriksaan (LHP).

Menurut Muhamad Yahya Jaya seusai audens, “ Kami sungguh sangat kecewa dengan auden ini. Karena tidak membuahkan hasil. Setiap pertanyaan kami di jawabnya ngelantur (tidak pada subtansinya). Kami pertanyakan gravel dari mana anggarannya, siapa pelaksananya dan siapa itu Nurasik. Itu jawabannya  Terutama gravel pembangunan spal yang dana nya digelontorkan dari DD tahap tiga anggaran tahun 2019 senilai Rp,-67 juta lebih tidak jelas juntrungnya.karena pembangunan spal ngagrak.wargalah yang masing-masing membangun gorong-gorong dan jembatan masing-masing. karena warga butuh sarana untuk lewat dari rumahnya menuju keluar masuk  rumah. Entah ada apa gerangan. Jadi kami berkesimpulan ada dugaan kuat penyalagunaan anggaran, antara Nurasik, Mamat dan Nasirudin.  Yang jelas prihal ini kami akan koordinasikan dengan rekan-rekan yang lain. Mau dibawah keranah hukum atau kemana persoalan ini nanti kami juga akan rembuk rekan”. Katanya

Masih kata Jaya, diharapan kedepan Camat agar pembinaannya lebih segnefikan lagi. Agar tidak terjadi seperti yang dialami desa Tegal Gubug Lor. Dan yang kami tindak lanjuti permasalahan ini sebagai efek jerah desa-desa yang lain. Khususnya desa – desa yang ada di kecamatan Arjawinangun. Pungkasnya.

Ditempat yang sama Mamat saat dikonfirmasi antp, jawabannya masih senada saat di auden (kedodoran). Dan sementara di tempat berbeda Nasirudin menjelaskan via handphon nya, Saya sudah berusaha menutupi apa yang dilakukan Mamat seraya memberikan araham agar segera adanya pembenahan. Akan tetapi orang yang saya tutup-tutupi bengal tidak mengindahkan nasehat saya. Justru membuat saya kesal, di tanya kok tidak mau jujur. Jadi terkesan saya ikut terlibat didalamnya. Padahal sesungguhnya dari awal adanya keterlibatan Nurasik saya merasa dikangkangi. Sungguh saya tersinggung, dari awal saya mau mundur dari TPK. Namun saya berfikir kalau saya harus mengawasi pelaksanaan pembangunan tersebut. (Simalakama). Ujar Nasirudin.

Lanjut Nasirudin, Saya sungguh kecewa atas sikap Mamat (pj) lantaran tidak koperatif. Sementara saya sendiri tidak tahu menahu kapan dan ada kesepakatan apa antara pj dan Nurasik. Dan yang senantiasa saya yang dipojokan, saya dijadikan tamengnya. Maka saya buka apa adanya. Biarlah orang mau ngomong apa.kalau berbicara korban adalah saya orangnya. Tapi yang jelas demikan adanya. Tegasnya.(red)

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama